Berita / Kenaikan Kasus Mendesak Diantisipasi Agar Tidak Meluas dan Berujung Gelombang Ketiga
Kenaikan Kasus Mendesak Diantisipasi Agar Tidak Meluas dan Berujung Gelombang Ketiga
Penulis: Admin -
Rabu, 12 Januari 2022
JAKARTA - Di tengah kenaikan kasus COVID-19 yang sangat signifikan di tingkat dunia, membuat Indonesia tidak terlepas dari ancaman gelombang ketiga di dalam negeri. Padahal, di tengah ancaman varian baru Omicron, Indonesia menjadi 1 dari segelintir negara yang mampu mempertahankan kondisi yang baik paska gelombang kedua pada Juli 2021 lalu. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan bahwa potensi kenaikan kasus dapat terjadi paska periode libur panjang Natal dan Tahun Baru lalu. "Terlebih pula berdasarkan pengalaman kita selama ini, kenaikan kasus baru terlihat pada 2 - 3 minggu paska periode libur panjang," Wiku dalam Keterangan Pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (11/1/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. Ia menjelaskan sejauh ini, untuk kenaikan kasus positif di Indonesia banyak disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri. Dalam hal ini Pemerintah telah memastikan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri dilaksanakan dengan ketat. Sehingga kasus positif yang ditemukan tertangani dengan baik dan dipastikan tidak dapat lagi menular di masyarakat setelah masa isolasi selesai. Secara terperinci, saat ini kasus positif di Indonesia mulai meningkat selama 2 minggu berturut-turut. Angkanya dari 1.200 menjadi 1.400 kasus, dan pada minggu terakhir mencapai 3.000 kasus. Bahkan angka kasus pada minggu terakhir, naik lebih dari 2 kali lipat dibandingkan minggu sebelumnya. Adanya kenaikan ini harus segera diantisipasi. Karena jika disandingkan dengan data kesembuhan, dalam seminggu terakhir penambahan kasus positif jauh lebih banyak dibandingkan penambahan angka kesembuhan. Sebagai contoh, per 6 Januari lalu, penambahan kasus posistif harian mencapai 533 kasus, sedangkan penambahan kesembuhan hanya sebesar 209 kasus. Padahal, data 3 minggu sebelumnya walaupun dengan tren fluktuatif, masih menunjukkan penambahan angka kesembuhan pada umumnya lebih tinggi dari penambahan kasus positif. "Hal ini Tentunya menjadi catatan kita bersama. Sebab dalam menangani kondisi tersebut diperlukan investigasi dan analisis mendalam terkait kondisi kasus dalam kaitannya dengan proporsi varian yang beredar di Indonesia," jelasnya. Untuk itu, dibutuhkan data dan pengetahuan sebagai basis untuk perumusan kebijakan. Seperti data terkait karakteristik penularan, gejala klinis, lama perawatan serta risiko kematian dari varian-varian yang saat ini beredar. Tentunya hal ini perlu didukung oleh ketersediaan data yang valid, kredibel dan secara real-time representatif yang diupayakan oleh fasilitas kesehatan yang tanggap melaporkan perkembangan kasus yang terjadi. Diperlukan pula peran serta Pemerintah Daerah yang menganalisis dan memantau kondisi kasus di daerahnya. Agar kenaikan kasus diakibatkan transmisi komunitas dapat segera teridentifikasi, tercatat dan tertangani tanpa meluas lebih lanjut. "Masyarakat juga dihimbau untuk turut bersama-sama menjaga kondisi di Indonesia dengan menunda perjalanan ke luar negeri yang tidak mendesak," pungkas Wiku. |
|
Visitasi Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUD Sunan Kalijaga Demak lolos tahap III dalam penilaian… Selengkapnya
Penyerahan Penghargaan Satyalencana Karya Satya
Direktur RSUD Sunan Kalijaga Demak dr. Nugroho Aris Kusuma, M.Kes menerima penghargaan Satyalencana… Selengkapnya
Tambahan Layanan Sore
Layanan Terapi Rehabilitasi Medik sekarang buka sampai sore hari Selengkapnya
|
Berita / Kenaikan Kasus Mendesak Diantisipasi Agar Tidak Meluas dan Berujung Gelombang Ketiga
Kenaikan Kasus Mendesak Diantisipasi Agar Tidak Meluas dan Berujung Gelombang Ketiga
JAKARTA - Di tengah kenaikan kasus COVID-19 yang sangat signifikan di tingkat dunia, membuat Indonesia tidak terlepas dari ancaman gelombang ketiga di dalam negeri. Padahal, di tengah ancaman varian baru Omicron, Indonesia menjadi 1 dari segelintir negara yang mampu mempertahankan kondisi yang baik paska gelombang kedua pada Juli 2021 lalu. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengingatkan bahwa potensi kenaikan kasus dapat terjadi paska periode libur panjang Natal dan Tahun Baru lalu. "Terlebih pula berdasarkan pengalaman kita selama ini, kenaikan kasus baru terlihat pada 2 - 3 minggu paska periode libur panjang," Wiku dalam Keterangan Pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (11/1/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. Ia menjelaskan sejauh ini, untuk kenaikan kasus positif di Indonesia banyak disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri. Dalam hal ini Pemerintah telah memastikan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri dilaksanakan dengan ketat. Sehingga kasus positif yang ditemukan tertangani dengan baik dan dipastikan tidak dapat lagi menular di masyarakat setelah masa isolasi selesai. Secara terperinci, saat ini kasus positif di Indonesia mulai meningkat selama 2 minggu berturut-turut. Angkanya dari 1.200 menjadi 1.400 kasus, dan pada minggu terakhir mencapai 3.000 kasus. Bahkan angka kasus pada minggu terakhir, naik lebih dari 2 kali lipat dibandingkan minggu sebelumnya. Adanya kenaikan ini harus segera diantisipasi. Karena jika disandingkan dengan data kesembuhan, dalam seminggu terakhir penambahan kasus positif jauh lebih banyak dibandingkan penambahan angka kesembuhan. Sebagai contoh, per 6 Januari lalu, penambahan kasus posistif harian mencapai 533 kasus, sedangkan penambahan kesembuhan hanya sebesar 209 kasus. Padahal, data 3 minggu sebelumnya walaupun dengan tren fluktuatif, masih menunjukkan penambahan angka kesembuhan pada umumnya lebih tinggi dari penambahan kasus positif. "Hal ini Tentunya menjadi catatan kita bersama. Sebab dalam menangani kondisi tersebut diperlukan investigasi dan analisis mendalam terkait kondisi kasus dalam kaitannya dengan proporsi varian yang beredar di Indonesia," jelasnya. Untuk itu, dibutuhkan data dan pengetahuan sebagai basis untuk perumusan kebijakan. Seperti data terkait karakteristik penularan, gejala klinis, lama perawatan serta risiko kematian dari varian-varian yang saat ini beredar. Tentunya hal ini perlu didukung oleh ketersediaan data yang valid, kredibel dan secara real-time representatif yang diupayakan oleh fasilitas kesehatan yang tanggap melaporkan perkembangan kasus yang terjadi. Diperlukan pula peran serta Pemerintah Daerah yang menganalisis dan memantau kondisi kasus di daerahnya. Agar kenaikan kasus diakibatkan transmisi komunitas dapat segera teridentifikasi, tercatat dan tertangani tanpa meluas lebih lanjut. "Masyarakat juga dihimbau untuk turut bersama-sama menjaga kondisi di Indonesia dengan menunda perjalanan ke luar negeri yang tidak mendesak," pungkas Wiku. Berita Terbaru
|