Berita / Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Penulis: Admin -
Kamis, 04 Februari 2021
Rabu, 3 Februari 2021 Dilaksanakan kegiatan PKRS dengan tema Diabetes Melitus yang disampaikan oleh Agus Nofiyanto, AMK perawat dari ruang Soka. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. DM merupakan salah satu penyakit tidak menular dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Gejala klasik dari DM meliputi 3P , yaitu poliuri (banyak buang air kecil terutama malam hari), polidipsi (mudah haus), poliphagi (mudah lapar). Gejala tidak spesifik lain yang juga dapat muncul pada penderita DM antara lain penurunan berat badan secara cepat, mudah lelah, kesemutan pada kaki dan tangan, gatal – gatal, penglihatan menjadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, atau penyakit kulit akibat jamur terutama pada daerah lipatan kulit.
Siapa saja yang harus mewaspadai DM? riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg, dan juga orang – orang dengan obesitas. Pengenalan dini dari DM dan penangan yang tepat sehingga target gula darah terkontrol sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya komplikasi DM terjadi.
Pentingnya mencapai target gula darah terkontrol harus dipahami oleh setiap penderita yang terdiagnosis DM. Gula darah puasa 80 – 130 mg/dL dan gula darah 2 jam setelah makan 180 mg/dL serta HbA1c 7% merupakan target pengendalian gula darah yang diharapkan dicapai oleh penderita diabetes. Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan pola makan sesuai kebutuhan kalori dan aktivitas fisik dalam hal ini olahraga secara teratur. Penerapan pola makan 3J (jenis, jumlah dan jadwal yang tetap) haruslah menjadi acuan para penderita DM dalam kehidupan sehari – hari. Melakukan olahraga minimal 3 – 5 kali seminggu selama minimal 30 menit diharapkan dapat dilakukan oleh para penderita DM. Namun apabila dengan 2 cara tersebut tidak tercapai maka harus dibantu dengan obat-obatan.
Selain pengendalian gula darah, kontrol teratur juga diperlukan dalam rangka mengevaluasi komplikasi jangka yang dapat terjadi pada DM. Evaluasi adanya komplikasi ke organ ginjal, saraf mata dan pembuluh darah lainnya harus terus dipantau oleh penderita DM secara rutin, dapat dilakukan tiap 3 – 6 bulan sekali. Pengobatan penderita DM tidak sama pada semua penderita, bergantung pada kondisi si penderita, gaya hidup sehari – hari dll. Oleh karena itu pengobatan DM sangatlah bersifat individual, penting sekali seorang penderita diabetes untuk selalu berdiskusi dengan dokternya untuk dapat mengevaluasi pilihan pengobatan yang lebih cocok untuk masing – masing individu agar dapat mencapai pengendalian gula darah yang baik.
Keberhasilan pengobatan DM sangat bergantung pada kedisplinan penderita dalam mengubah gaya hidup. Untuk itu para penderita DM dihimbau untuk tidak menutup mata dan telinga dalam menjalankan terapi DM. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara penderita dan dokter akan sangat membantu menurunkan angka komplikasi DM dan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita DM.
|
|
Visitasi Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUD Sunan Kalijaga Demak lolos tahap III dalam penilaian… Selengkapnya
Penyerahan Penghargaan Satyalencana Karya Satya
Direktur RSUD Sunan Kalijaga Demak dr. Nugroho Aris Kusuma, M.Kes menerima penghargaan Satyalencana… Selengkapnya
Tambahan Layanan Sore
Layanan Terapi Rehabilitasi Medik sekarang buka sampai sore hari Selengkapnya
|
Berita / Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Rabu, 3 Februari 2021 Dilaksanakan kegiatan PKRS dengan tema Diabetes Melitus yang disampaikan oleh Agus Nofiyanto, AMK perawat dari ruang Soka. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. DM merupakan salah satu penyakit tidak menular dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Gejala klasik dari DM meliputi 3P , yaitu poliuri (banyak buang air kecil terutama malam hari), polidipsi (mudah haus), poliphagi (mudah lapar). Gejala tidak spesifik lain yang juga dapat muncul pada penderita DM antara lain penurunan berat badan secara cepat, mudah lelah, kesemutan pada kaki dan tangan, gatal – gatal, penglihatan menjadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, atau penyakit kulit akibat jamur terutama pada daerah lipatan kulit.
Siapa saja yang harus mewaspadai DM? riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg, dan juga orang – orang dengan obesitas. Pengenalan dini dari DM dan penangan yang tepat sehingga target gula darah terkontrol sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya komplikasi DM terjadi.
Pentingnya mencapai target gula darah terkontrol harus dipahami oleh setiap penderita yang terdiagnosis DM. Gula darah puasa 80 – 130 mg/dL dan gula darah 2 jam setelah makan 180 mg/dL serta HbA1c 7% merupakan target pengendalian gula darah yang diharapkan dicapai oleh penderita diabetes. Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan pola makan sesuai kebutuhan kalori dan aktivitas fisik dalam hal ini olahraga secara teratur. Penerapan pola makan 3J (jenis, jumlah dan jadwal yang tetap) haruslah menjadi acuan para penderita DM dalam kehidupan sehari – hari. Melakukan olahraga minimal 3 – 5 kali seminggu selama minimal 30 menit diharapkan dapat dilakukan oleh para penderita DM. Namun apabila dengan 2 cara tersebut tidak tercapai maka harus dibantu dengan obat-obatan.
Selain pengendalian gula darah, kontrol teratur juga diperlukan dalam rangka mengevaluasi komplikasi jangka yang dapat terjadi pada DM. Evaluasi adanya komplikasi ke organ ginjal, saraf mata dan pembuluh darah lainnya harus terus dipantau oleh penderita DM secara rutin, dapat dilakukan tiap 3 – 6 bulan sekali. Pengobatan penderita DM tidak sama pada semua penderita, bergantung pada kondisi si penderita, gaya hidup sehari – hari dll. Oleh karena itu pengobatan DM sangatlah bersifat individual, penting sekali seorang penderita diabetes untuk selalu berdiskusi dengan dokternya untuk dapat mengevaluasi pilihan pengobatan yang lebih cocok untuk masing – masing individu agar dapat mencapai pengendalian gula darah yang baik.
Keberhasilan pengobatan DM sangat bergantung pada kedisplinan penderita dalam mengubah gaya hidup. Untuk itu para penderita DM dihimbau untuk tidak menutup mata dan telinga dalam menjalankan terapi DM. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara penderita dan dokter akan sangat membantu menurunkan angka komplikasi DM dan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik pada penderita DM. Berita Terbaru
|